Aktivis #2019 TetapJokowi Protes Masjid Untuk Politik Praktis

Legislator Anggota DPR RI asal Tanjung Balai Karimun Dwi Ria Latifah

TERDEPAN.CO.ID,BATAM- Merasa kecolongan dan dibohongi atas Deklarasi “ 2019 Ganti Presiden di Batam “ yang di gelar oleh Massa #GantiPresiden yang sebelumnya sudah dilakukan kesepakatan tidak akan di laksanakan, dan selanjutnya dilanggar.  Aktivis #2019 TetapJokowi teriakan protes kepada sejumlah aparat yang berjaga-jaga di seputaran Masjid Raya Batam Centre, Minggu (29/07/18).

Aksi protes tersebut diserukan oleh Legislator asal Tanjung Balai Karimun Dwi Ria Latifah dengan meneriakan keraguan kepada aparat kepolisian tentang kecintaan dan kesetiannya terhadap NKRI serta Merah Putih.

Bacaan Lainnya

“ Kemana Kapolres, Kapolda kemana saja? Kalian harus bertanggung jawab atas pembiaran kegiatan aksi ganti Presiden di Masjid Raya yang tidak semestinya untuk politik praktis dan berbau SARA,jangan biarkan ada pihak segelintir orang yang akan memecah-belah bangsa dan masyarakat Batam dan Kepri. Saya, Dwi Ria Lativa anggota DPR RI akan meminta penjelasan Kapolda Kepri untuk memberikan jawaban, “teriaknya.

Ria dalam protesnya juga sangat menyayangkan aksi ini terjadi di area Masjid yang dinilai tidak pantas dilakukan oleh oknum yang paham tentang agama, apalagi untuk kegiatan yang berbau politik  SARA dan untuk menghujat Presiden sebagai lambang dan simbul Negara RI.

“Masjid tidak untuk politik prakstis dan Politik SARA apalagi untuk menghujat presiden sebagai simbul Negara RI yang seolah-olah melakukan cara-cara ibadah dengan menyisipkan politik SARA, Kalau mau ganti Presiden ada caranya, dan ini peringatan mungkin di daerah lain boleh tapi jangan coba-coba di Kepri khusunya Batam dengan cara mengadu domba masyarakat yang sudah nyaman dan damai, “tegasnya.

Aksi protes tersebut diwarnai dengan dorong-mendorong antara aktivis#2019TetapJokowi dengan aparat yang menghadangnya dan sempat terjadi kericuhan.

Ketua PDIP Kepri, Soerya Respationo yang ikut hadir didampangi Jumaga Nadeak, Nuryanto, Widiastadi dan Putra Respati, dalam pidatonya menilai, Kapolda Kepri gagal dalam melarang aksi#2019GantiPresiden yang dianggap berbau SARA.

“ Saya berkata, khususnya buat pak Kapolda Kepri, telah kami anggap gagal dalam melarang aksi#2019GantiPresiden yang Kami anggap berbau SARA, dan bisa memecah belah masyarakat Batam yang sudah nyaman dan damai, “ jelas Soerya.

Ia menegaskan apabila kedepannya terjadi hal seperti ini lagi, maka aktivis#2019TetapJokowi akan melakukan Sweeping.

Aksi protes berakhir setelah dilakukan negoisasi dan pembicaraan dengan aparat Kepolisian untuk membubarkan diri.

“ Baiklah saudaraku semua, kita kembali pulang kerumah masing masing, karena ini sudah terjadi kita maafkan, tapi apabila terjadi lagi maka kita akan bertindak sendiri (Sweeping), tapi kalau bisa jangan sampai itu terjadi, “ tantang Soerya.

Pantauan di lapangan, beberapa pleton aparat keamanan disiagakan berikut dengan kendaraan alat berat milik Polda Kepri yang di parkir diseputaran Masjid Raya Batam.

Sedangkan Massa #GantiPresiden yang menggunakan atributnya masih Nampak berkumpul diseputaran area depan pintu Masjid bagian tengah. IKA

 

 

 

 

TERDEPAN TV

Pos terkait