Batam,Terdepan.co.id- Tiga tahun sudah R.Putri Rahmadina atau yang biasa di sapa Dina harus hidup jauh dari keluarga yang di cintainya, karena pengabdiannya untuk menjadi seorang Bidan di Pulau Panjang Jembatan Satu Barelang Batam ini.
Perempuan 30 tahun ini bertugas sendirian di pulau terpencil yang jauh dari pusat keramaian Kota Batam, yang hanya di huni dengan jumlah penduduk sekitar seratus lebih jiwa atau sekitar tujuh puluh Kepala Keluarga (KK).
Sebagai seorang Ibu dari putri semata wayangnya, yang bernama Nabila Nur Asyifa dan suaminya yang bernama Chairil Anwar, yang saat ini bertugas di Pulau Karimun ini, harus menahan rindu karena rentang jarak yang begitu jauh.
Dalam tugasnya, Dina harus menyebrangi lautan untuk mengambil dan mengantar obat serta urusan yang lainnya, dengan menggunakan perahu kayu yang di kemudikan warga setempat.
Dengan modal tekat mengabdi dan pergaulan yang supel, Dina yang memiliki wajah Ayu ini, bertekat ingin terus mengabdikan kepada masyarakat yang ada di Pulau Panjang, walaupun beberapa instansi lain meminangnya untuk mengisi kekosongan Bidan di tempat yang lainnya.
Masyarakat sekitarpun begitu menghormati dan menyayanginya, keramahan dan sikap supelnya sangatlah di terima warga. Dalam keseharian Dina selalu berusaha membaur dengan masyarakat setempat, bahkan Dukun kampung yang biasa menjalankan tugas praktek menolong warga secara turun-temurunpun ikut menyambutnya dengan suka cita.
Kehadiran Puskesmas dan Bidan kampung ini, tentunya sangat banyak membantu warga kepulauan, yang membutuhkan pertolongan. Dimana sebelumnya hanya di lakukan secara tradisional dengan obat-obatan herbal yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan dedaunan di sekitar rumah warga.
Kini dengan kehadiran Dina sebagai Bidan Kampung satu-satunya di Pulau Panjang ini, membuat warga betah dan nyaman akan pelayanannya. Masyarakat begitu percaya dan merasa senang untuk datang berobat.
Dina tidak hanya di kenal supel dengan orang dewasa, bahkan di kalangan anak-anakpun sangat akrab.
Kiprah Dina yang di terima masyarakat, juga menjadi tantangan tersendiri, apalagi melihat fasilitas dan sarana yang belum memadai. Kadang kala, saat pasien harus segera di bawa ke rumah sakit besar, harus terkendala alat transportasi dan peralatan medis yang masih terbilang cukup sederhana.
Kini Dina hanya berharap, Pemerintah mau terus memperdulikan nasip masyarakat pulau, khususnya Pulau Panjang Jembatan Satu Barelang dalam bidang Transportasi ( Perahu Pompong) untuk alat mengangkut pasien ke Batam.
Begitu pula, sarana penerangan yang sampai saat ini hanyalah janji belaka yang belum juga terwujud. IKA